Ketika ada salah satu bagian tubuh yang terbentur benda keras, Tentu kita akan merasakan sakit. Nah, Hal ini ternyata berbeda dengan penderita sindrom congenital insensitivity to pain with anhidrosis (CIPA) yang kebal dengan rasa sakit.
Jika kamu mengira kondisi seperti ini hanya ada di dunia fiksi, Maka kamu salah besar. Bahkan pada Maret 2019 silam, Negara Skotlandia dikejutakan dengan pernyataan seorang wanita tua berusia 66 tahun yang mengatakan tidak merasakan sakit apapun.
Berdasarkan rangkuman Journal of Anasthesia, Wanita tersebut tidak merasakan rasa sakit pada tangan sebelum dan sesudah operasi. Padahal hasil rontgen menunjukkan jika wanita tua tersebut menderita osteoarthritis (penyakit yang menyebabkan persendian terkikis).
Terdengar luar biasa ya karena penderita sindrom ini tidak bisa merasakan rasa sakit yang dialaminya. Untuk itu, Yuk cari tahu lebih detail apa itu sindrom CIPA sebagai berikut.
Apa Itu Sindrom CIPA?
Sindrom CIPA adalah penyakit congenital atau bisa diartikan sebagai penyakit bawaan lahir yang menyebabkan penderitanya tidak bisa merasakan rasa sakit atau jenis rangsangan apapun (sakit, panas dan dingin) serta membuat penderitanya tidak berkeringat.
Rasa sakit yang kita rasakan merupakan reaksi yang dikirimkan oleh otak kepada seluruh indera perasa yang ada pada tubuh. Nah, Umumnya seorang penderita CIPA ternyata memiliki jumlah saraf yang lebih sedikit dibandingkan orang biasa.
Tubuh manusia memiliki dua jenis kelenjar keringat yaitu ekrin dan apokrin. Berbeda dengan apokrin yang hanya terdapat pada folikel rambut di kepala, ketiak dan selangkangan, Ekrin terdapat pada seluruh bagian tubuh.
Ketidakadaan sistem saraf yang dapat menyampaikan kesan dari kelenjar ekrin ke otak tentu akan membut tubuh tidak bisa menanggapi rasa sakit dan itulah yang terjadi kepada seorang penderita CIPA.
Gejala Dan Diagnosis Sindrom CIPA
Ada dua macam gejala utama penyakit sindrom CIPA yakni tidak bisa merasakan rasa sakit dan Anhidrosis.
Untuk gejala utama pertama CIPA adalah membuat si penderita tidak berasakan sakit apapun. Nah, Gejala utama ini sendiri sudah bisa dilihat sedari dini dimana anak yang menderita CIPA biasanya tidak akan menangis ketika terjatuh ataupun terbentur benda tajam.
Anhidrosis merupakan gejala utama kedua sindrom CIPA dimana kondisi ini membuat si penderita tidak dapat mengeluarkan keringat. Kondisi ini juga sering membuat penderita CIPA mengalami demam tinggi meski mereka tidak merasakannya.
Tes darah dan rontgen tidak bisa membantu dalam mendiagnosis apakah seseorang menderita sindrom CIPA. Karena penyakit ini berhubungan dengan saraf, Maka tes saraf merupakan langkah yang paling tepat untuk mendiagnosis penyakit CIPA.
Berdasarkan Journal of Biological Chemistry, Sindrom CIPA disebabkan oleh adanya kelainan pada gen TrKA (NTRKI) pada kromosom 1 (1q21-q22). Gen TrKA yang menyandi pertumbuhan tirosina kinase ini berhubungan langsung dengan pertumbuhan saraf.